Resensi Buku KOMPAS Minggu, 20 Januari 2008
Spirit Adiluhung Kampiun Bisnis
Judul buku: Good Business: Bisnis Sebagai Jalan Kebahagiaan
Judul asli: Good Business: Leadership, Flow, and the Making of Meaning
Penulis: Mihaly Csikszentmihalyi
Penerjemah: Helmi Mustofa
Penerbit: Mizan- Bandung, 2007Tebal: ix + 375 halaman
Inilah aforisma Ludwig Wittgenstein, filsuf Jerman, "Jika yang engkaumiliki hanyalah palu maka segalanya akan tampak seperti paku." Jikaparadigma bisnis mengejar keuntungan melulu maka segala sesuatunyadijalankan demi memuaskan kerakusan para pemegang sahamnya semata. Bisnismemang telah meningkatkan kualitas hidup manusia. Institusi inimenciptakan kemajuan di bidang teknologi, pendidikan, komunikasi dankesehatan. Kendati demikian entitas pembawa kemakmuran dan kesejahteraanmaterial itu juga menimbulkan persoalan-persoalan serius.Wabah perselingkuhan kekuasaan dengan pemilik modal yang membalak hutansecara liar di seantero Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papuamerupakan paradoks bisnis yang harus ditebus demi membayar kemajuan.Pemanasan global penyebab curah hujan sangat tinggi, banjir bandang,puting beliung, bukit longsor, dan gelombang pasang air laut makinmenjadikan Indonesia negeri yang tak putus dirundung bencana alam.Bencana alam mempertontonkan betapa budaya kapitalis dan praktik bisnisyang beroperasi di dalamnya didera komplikasi akut. Bisnis yang mengejarkeuntungan demi keuntungan itu sendiri (the pursuit of profit for its ownsake ) dengan menempatkan konsumsi sebagai tujuan tertinggi tidakvisioner. Bisnis global adalah monster yang sedang mengganyang dirisendiri. Monster itu menghancurkan sumber daya alam, mengabaikan generasimendatang, menyebabkan kakalutan masal, melahirkan kepemimpinan egoistik,menyulut kerusuhan dan terorisme.Bisnis terlalu berkiblat pada para predator sosial semacam Genghis Khan,Attila Hun, dan Niccolo Machiavelli. Kebanyakan buku bisnis mendidik kaumprofesional menjalani hidup dengan mengikuti kompas moral yang tidakakurat. Nah, buku Good Business merupakan publikasi penelitian perihalpara pemimpin bisnis yang memadukan prestasi tinggi dengan perilakuterbimbing visi dan nilai (vision and values led). Para pemimpin pengabdi( servant leaders) yang ikut bertanggung jawab atas kelangsungan duniatempat mereka meraih keberhasilan. Proyek peneiltian ini dipimpin MihalyCsikzentmihaly, guru besar psikologi Universitas Chicago, AS, penemukonsep flow (perasaan mengalir dan bahagia).39 Kampiun bisnis yang dirujuk pada buku ini adalah para pemimpinvisioner. Mereka adalah para "kesatria" atau "master" yang menciptakanbudaya baru perusahaan dan mempraktikkannya di lingkungan korporasimereka. Sektor bisnis yang dijadikan sampel: piranti lunak dan keraskomputer, manufaktur, ritel, bioteknologi, hiburan, real estate, modalventura, konsultasi manajemen, industri minyak, aerospace, pertambangan,restoran wara laba, investasi finansial, pendidikan, desain produk, jasa,dan transportasi.Para pemimpin bisnis, menurut Mihaly Csikzentmihaly, merupakan segmenmasyarakat paling berpengaruh. Segmen tersebut tidak hanya mengendalikanarus segala sumber daya, dari makanan hingga minyak, pun memilikikekuasaan tidak proporsional tentang bagaimana dan oleh siapa negaradijalankan. Kepentingan-kepentingan bisnis mendorong AS mengintervensinegara-negara lain. Perlindungan atas perkebunan pisang di Amerika Latinpun ladang minyak di Kuwait.Para kampiun bisnis dan perusahaan yang mereka representasikan,sebagaimana dilaporkan Mihaly Csikzentmihaly, memiliki komitmen moral dankepedulian kuat. Mereka melengkapi diri dengan dedikasi jangka panjangpada tujuan-tujuan yang mendahulukan kepentingan masyarakat, orang-orangyang hidup di tengah masyarakat, dan manusia pada umumnya.Yvon Chouinard, pendiri Patagonia pada dekade 60-an merintis pekerjaansebagai pandai besi keliling yang cinta mati pada pegunungan. Ia membuatperlengkapan mendaki gunung, seperti pasak dan gelang, lebih baikdibanding yang dihasilkan perajin lain. Bisnisnya berkembang pesat. Olahraga mendaki makin populer. Dinding batu yang menakjubkan pun dipenuhilubang dan bercak goresan perangkat keras. Chouinard tak mau meruntuhkangunung yang dicintainya. Ia ciptakan cara baru mendaki menggunakanroda-gigi ( gear) yang ditempatkan dan digeser di celah-celah perbukitanagar pegunungan tetap utuh.Chouinard akhirnya mengubah haluan Patagonia dari produsen piranti keraske bisnis garmen demi tidak merusak gunung. Di industri pakaian jadi punperlahan ia menyadari bahwa kapas yang menjadi tumpuan bahan dasarpabriknya menyerap 25 persen pestisida dunia. Diperlukan dua galon residupestisida untuk membuat satu kaus berbahan katun. Chouinard menghadapikrisis hati nurani saat mengunjungi perkebunan salah satu pemasok kapas.Ia tidak lantas menutup pabriknya. Patagonia, kendati meningkatkan beayaproduksi, beralih ke serat organik yang ramah lingkungan. Nike, Gap, danLevi Strauss pun mengikuti langkah Patagonia.Patagonia bermarkas di Ventura, distrik sepi di California. Di lorongmasuk terdapat barisan papan selancar disandarkan para karyawan didinding. Saat ombak besar datang semua karyawan boleh berselancar kapanpunmereka mau. Buku Yvon Chouinard, Let My People Go Surfing, melukiskankebijakan Patagonia yang mengombinasikan kerja dengan rekreasi.Pada permulaan abad ke-20, di kota kecil Columbus, Indianapolis, seorangbankir mendirikan pabrik mesin diesel. Selama dua puluh tahun investasipabrik itu belum menunjukkan tanda-tanda kemajuan. Belakangan, kondisimulai meningkat, dan mesin diesel buatan Cummins menghela banyak truk yangmenjelajahi benua Amerika. Bisnis Cummins tidak pernah berjalan mulus.Hampir tiap tahun dihantam krisis baru---meningkatnya produk pesaing,krisis keuangan, embargo minyak, dan standar baru emisi gasbuangan---mengancam kelayakan perusahaan. Keluarga Cummins harus merogohkocek keluarga dalam-dalam, setiap kali pasar meninggalkannya dan membuatrentan diambil alih, guna melindungi otonomi keluarga."Alasan kami tetap menekuni bisnis ini, papar J. Irwin Miller salahseorang anggota generasi ketiga Cummins, karena kami punya kewajibanterhadap masyarakat. Kami bisa saja pindah ke tempat yang punya tenagakerja lebih murah. Namun, apalah artinya mengeruk keuntungan lebih banyakjika Anda harus menelantarkan ribuan orang yang Anda kenal dan menaruhkepercayaan pada Anda." Cummins punya hubungan mesra dengan wargaColumbus. Perakit mesin diesel ini bersedia mengeluarkan biaya konstruksisetiap warga membutuhkan gereja, perpustakaan, sekolah, pos pemadamkebakaran, dan penjara. Perusahaan keluarga ini tidak akan bertahan sampaiumur seratus tahun bila sekedar didorong semangat profit dan ekspansi.Korporasi yang dikaji dalam buku ini, Patagonia, McDonald, The Body Shop,Apple, Microsoft, Lockheed Martin, Cummins, AOL Time Warner, dan Financialinvestment, menjadi mercu suar yang menuntun kapitalisme melepaskanbelenggu keserakahan, kecurangan, dan penipuan. Mihaly Csikzentmihalymenemukan lima karakteristik kepemimpinan bisnis visioner. Pertama,optimisme tanpa batas berdasarkan keterpanggilan mewujudkan kehidupan yanglebih bernilai dan bermakna. Kedua, integritas dalam arti keteguhanmemegang prinsip sebagai dasar untuk percaya dan mempercayai. Ketiga,ambisius yang tekun dalam kesulitan dan tabah mengatasi tantangan.Keempat, rasa ingin tahu dan semangat belajar pantang menyerah. Kelima,empati (bela rasa) mendalam terhadap orang lain.Kusut masai penanganan bencana lumpur Lapindo Brantas yang menenggelamkanmasyarakat Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, karut marut ilegal logging diJambi, dan penggelapan pajak yang dilakukan Asian Agri merupakan presedenburuk bisnis. Bisnis tidak akan berhasil mempertahankan hegemoninya dalamkontrak sosial implisit dengan masyarakat jika terbukti pasar hanyamenjadi sarana bagi sedikit orang mendapatkan keuntungan dan tidak memberikontribusi bagi kebahagiaan banyak orang.Good Businessmerekomendasikan kapitalisme yang memelihara planet bumi, memperbaharuisumber daya alam, menyantuni generasi mendatang sebagai stake holder,berkelanjutan, menyuburkan kepemimpinan visioner, menumbuhkan dedikasi danharapan. Bisnis, satu-satunya institusi, yang memiliki supremasi palingbesar untuk mengubah skenario kapitalisme sebagaimana lazimnya (business-as-usual) menjadi kapitalisme yang mungkin terwujud(business-as-it-could-be). Buku ini mata air inspirasi yang tak bakalkering buat menyelamatkan bangsa Indonesia dari jurang kenestapaan akibatperilaku pemimpin bisnisnya yang sontoloyo dalam menghancurkan lingkungan.****
*J. Sumardianta, guru sosiologi SMA Kolese de Britto Yogyakarta.