Jumat, 09 Mei 2008

Visi Keteladanan Yesus

JAWA POS Minggu, 30 Maret 2008
Visi Keteladanan Yesus

Judul buku : Yesus; Biografi Lengkap tentang Pribadi-Nya, Negara-Nya, dan Bangsa-Nya Penulis : Leith Anderson Penerjemah: Ida Budipranoto dan Ony Suryawan Penerbit : Gloria Graffa, Jogjakarta Cetakan : Pertama, Januari 2008 Tebal : 428 Halaman
’’Uang tunai kami yang ada di dalam plastik. Dimuliakanlah arloji Cartier-Mu. Datanglah tas Prada-Mu. Jadilah Christian Dior dan Giorgio Armani-Mu. Berilah kami setiap hari Visa Platinum. Dan, ampunilah segala keberlebihan kami. Seperti kami pun mengampuni yang menolak MasterCard kami. Jangan keluarkan kami dari ketajiran. Tetapi bebaskan kami dari segala kekurangan. Demi Chanel nomor 5 dan Eternity. Amek.’’
Sajak di atas sesungguhnya parodi doa ’’Bapa Kami’’. Parodi itu ditemukan di buku Robert Holden, Timesless Wisdom for a Manic Society (2005). Parodi berjudul ’’The IT Girl Prayer’’ --tidak jelas siapa penggubahnya-- sebenarnya kritik buat masyarakat zaman sekarang yang sangat memuja berhala kekayaan material. Kegandrungan brutal masyarakat yang berakar pada mekanisme cinta akan uang sebagaimana dilembagakan kapitalisme neo-liberal.
Doa ’’Bapa Kami’’ yang diajarkan Yesus tidak hendak menjadikan manusia budak ambisi kekayaan, kekuasaan, dan uang. Yesus mengajarkan sikap hidup sak madyo, ugahari, dan tidak serakah. Agar manusia menjadi gampang bersyukur dan tetap bisa menemukan keberuntungan di tengah kemalangan. Pendeknya, tidak terjerumus ke dalam perangkap siklus materialisme abadi. Manusia tidak akan pernah puas dengan memiliki kapal pesiar, rumah megah, dan perlengkapan hidup branded mewah. Tidak ada kantong saku di kain kafan penguburan. Teologi harus mengandung pengertian harapan di tengah budaya kematian dan kemurungan kalbu akibat kedosaan manusia. Inilah salah satu warta keselamatan Yesus sebagaimana memuncak dalam peristiwa Paskah. Warta apokaliptik Paskah (bangkit dari kehancuran) ini mesti dikemukakan mengingat makin hari manusia makin dicekik atmosfer hidup yang sangat tidak berperikemanusiaan akibat kesontoloyoan aparat negara dan kehancuran lingkungan. Buku biografi Yesus ini memberikan gambaran sosok Yesus yang komprehensif sejak lahir hingga wafat di kayu salib berdasarkan empat kisah Injil Perjanjian Baru: Mateus, Markus, Lukas, dan Yohanes. Leith Andorson, penulisnya, pendeta Gereja Wooddale, Minnesota, Amerika Serikat, mengisahkan Yesus berdasarkan latar belakang masyarakat, sejarah, politik, dan budaya pada zamannya. Ada kecenderungan lazim Yesus dijadikan ikonoklastik.
Konsep-konsep abstrak teologis telah menggantikan pengalaman kesejarahan tentang Yesus dari Nasareth. Kebanyakan refleksi tentang salib Yesus bercorak romantik melulu. Fokus perhatian pada Kristus sebagai korban silih atas dosa-dosa manusia. Pemahaman mengenai penebusan berhenti pada pengakuan laba kisah sengsara Yesus. Manusia bermoral bejat sulit diperbaiki pun akan diselamatkan Yesus. (*)
*J. Sumardianta, guru sosiologi SMA Kolese de Britto Jogjakarta